Pelatihan Pendampingan Masyarakat di Desa Wisata (Community Coaching on Sustainability Program)

 

Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Pendampingan Masyarakat di Desa Wisata (Community Coaching on Sustainability Program) di lingkungan Politeknik Pariwisata Makassar, Kamis, 1 Februari 2024 di Hotel Gammara Makassar.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 72 orang dosen dan tenaga pengajar yang nantinya akan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Adapun narasumber pada kegiatan tersebut adalah Asri Kasim yang merupakan Field Project Manager Swisscontact-Sustour. Pelatihan ini diawali dengan laporan dari Kepala P3M Poltekpar Makassar Ilham Junaid, M.Hum., Ph.D. yang dilanjutkan dengan sambutan dan dibuka langsung oleh Direktur Politeknik Pariwisata Makassar Bapak Herry Rachmat Widjaja, MM.Par. CHE.

Dalam laporan yang disampaikan oleh Kepala P3M bahwa Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pelatihan pendampingan desa wisata melalui prinsip berkelanjutan (sustainability projects) guna mendukung para dosen merencanakan, menjalankan, dan menghasilkan program kerja Pengabdian Kepada Masyarakat yang berkualitas dan berkelanjutan.

Kemudian Direktur Poltekpar Makassar dalam sambutannya mengakatan bahwa pelatihan ini dilakukan untuk memberikan pengayaan dalam menentukan metode pendekatan yang tepat dalam melakukan pendampingan di desa wisata. Pendekatan pada pelatihan pendampingan desa wisata yang akan dilakukan nantinya tidak mengacu pada keilmuan dosen saja. Tetapi pendekatan yang dilakukan menyesuaikan kebutuhan di desa wisata yang didampingi. Oleh karena itu dosen diminta harus bisa menggali pokok permasalahan yang bisa di kembangkan di desa tersebut.

“Kami berharap pendampingan ini dapat memberikan dampak positif kepada desa wisata yang ada di Sulawesi Selatan pada khususnya. Sehingga desa wisata yang kita damping nantinya dapat naik  kelas misalnya dari rintisan menjadi berkembang bahkan jika perlu desa wisata tersebut dapat masuk nominasi pada anugerah desa wisata (ADWI) yang diselenggarakan oleh Kemenparakeraf” jelasnya.

Sementara itu Asri Kasim dalam paparannya mengatakan bahwa Model Pelatihan dan Pendampingan yang dilakukan menggunakan 9 modul. Adapun tema dari masing-masing modul diantaranya (1) Pariwisata Berkelanjutan, (2) Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan dan Kelestarian Lingkungan, (3) Penguatan Organisasi Desa Wisata, (4) Manajemen Keuangan Organisasi di Desa Wisata, (5) Pengembangan Produk Wisata dan Manajemen Perjalanan, (6) Penguatan Keterampilan Pemandu Wisata, (7) Pengolahan Pangan Lokal di Desa Wisata, (8) Praktik Dasar Pengelolaan Sampah di Desa Wisata, dan (9) Manajemen Homestay di Desa Wisata.

“Penggunaan modul ini tentu tidak wajib diimplementasikan ke seluruh desa wisata yang kita dampingi. Tentu hal ini harus disesuaikan dengan kondisi dari desa wisata yang kita dampingi. Seperti yang kami lakukan di beberapa desa di Wakatobi seringkali ada beberapa poin modul yang tidak kami implementasikan  karena kondisi desanya” jelasnya.

Asri menambahkan bahwa dalam menyusun program pendampingan sebaiknya melibatkan stakeholder pariwisata yang ada didaerah tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membentuk kelompok kerja (pokja) guna melakukan sinkronisasi program kerja sehingga stakeholder di daerah tersebut tidak membuat program sendiri-sendiri yang saling tumpang tindih. Pokja persebut juga berfungsi untuk mengawal keberlanjutan program yang dibuat untuk menjadi kebijakan di Tingkat Kabupaten.

 

           

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *